13 Januari 2024

Benarkah Kosakata NGALAH Baru Ada di Era Walisongo?

Oleh : Heri Purwanto.


Beberapa kali saya membaca artikel yang bertebaran di Google, yang menyebutkan bahwa dalam bahasa Jawa Kuno (Kawi) tidak ada kosakata kalah dan ngalah. Disebutkan bahwa, dua kosakata itu baru ada di era Jawa Baru sejak diperkenalkan Walisongo. Apa iya demikian?

Para penulis artikel tersebut mengatakan bahwa orang Jawa Kuno kalau berkelahi cuma kenal dua istilah, yaitu : menang atau mati. Mereka tidak kenal kosakata kalah. Hingga akhirnya, Walisongo memperkenalkan kosakata ngalah yang artinya : "menuju ke Allah (tawakal)".
Dasar pertimbangannya ialah kata ngalah disamakan dengan ngulon (menuju ke kulon/barat) atau ngalas (menuju ke alas/hutan).

Selain itu, tulisan mereka juga mencatut catatan Antonio Pigaffeta yang menyebutkan bahwa orang Jawa zaman itu sangat sombong, maunya menang sendiri.Saya heran, naskah mana yang menyebut Antonio Pigaffeta pernah menulis begitu? Antonio Pigaffeta adalah pengikut rombongan Ferdinand Magellans dalam misi pelayaran mengelilingi dunia, tetapi rute yang mereka lalui tidak melewati Pulau Jawa. Adapun tokoh yang pernah menulis tentang watak orang Jawa cenderung angkuh adalah Tome Pires dari Portugal dalam bukunya yang berjudul Suma Oriental. Tokoh inilah yang pernah berkunjung ke Jawa pada tahun 1513, bukan Antonio Pigaffeta.

Lagipula, fakta sejarah membuktikan Raden Wijaya pendiri Majapahit pernah terdesak melawan tentara Jayakatwang, hingga mengungsi ke Madura. Itu artinya, pendapat bahwa orang Jawa hanya memilih menang atau mati tidaklah benar, karena Raden Wijaya ternyata memilih kalah.

Pertanyaan yang mengusik saya, Walisongo mana yang disebut telah menciptakan istilah ngalah? Kitab apa yang menjadi rujukan mereka kok bisa tahu bahwa kata ngalah baru ada di era Walisongo? Atau jangan-jangan mereka hanya ikut-ikutan saja?

Sedangkan, kalau kita mau membuka kamus Jawa Kuno, kata kalah dan ngalah ada banyak kok. Misalnya, Sumpah Palapa yang diucapkan Gajah Mada dalam naskah Pararaton berbunyi : lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa.
Jadi, tidak benar kalau mereka bilang, orang Jawa hanya mengenal kosakata menang dan mati
Atau, jangan-jangan mereka berdalih bahwa Pararaton adalah naskah baru buatan Belanda. Wah, ini lebih ngawur lagi.

Dalam bahasa Jawa Kuno, kata dasar dari kalah dan ngalah adalah alah, yang merupakan turunan dari bahasa Proto-Austronesia : *alaq

alah + awalan ka = kālah
- Jawa Kuno : kālah
- Jawa Baru menjadi : kalah

alah + awalan maN = mangalah
- Jawa Kuno : mangalah atau angalah
- Jawa Baru menjadi : hangalah atau ngalah

Contoh kalimatnya bisa dilihat pada gambar di bawah ini, lengkap dengan sumber naskahnya. Jadi bukan hanya Pararaton saja yang pernah menyebut kosakata kalah.

Rahayu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar