Oleh : Heri Purwanto.
Beberapa kali saya membaca artikel yang bertebaran di Google, yang
menyebutkan bahwa dalam bahasa Jawa Kuno (Kawi) tidak ada kosakata kalah
dan ngalah. Disebutkan bahwa, dua kosakata itu baru ada di era Jawa Baru sejak
diperkenalkan Walisongo. Apa iya demikian?
Para penulis artikel tersebut mengatakan bahwa orang Jawa Kuno kalau
berkelahi cuma kenal dua istilah, yaitu : menang atau mati. Mereka tidak
kenal kosakata kalah. Hingga akhirnya, Walisongo memperkenalkan
kosakata ngalah yang artinya : "menuju ke Allah (tawakal)".
Dasar pertimbangannya ialah kata ngalah disamakan dengan ngulon (menuju ke kulon/barat) atau ngalas (menuju ke alas/hutan).
Selain
itu, tulisan mereka juga mencatut catatan Antonio Pigaffeta yang
menyebutkan
bahwa orang Jawa zaman itu sangat sombong, maunya menang sendiri.Saya
heran, naskah mana yang menyebut Antonio Pigaffeta pernah menulis
begitu?
Antonio Pigaffeta adalah pengikut rombongan Ferdinand Magellans dalam
misi pelayaran mengelilingi dunia, tetapi rute yang mereka lalui tidak
melewati Pulau Jawa. Adapun
tokoh yang pernah menulis tentang watak orang Jawa cenderung angkuh
adalah Tome Pires dari
Portugal dalam bukunya yang berjudul Suma Oriental. Tokoh inilah yang pernah berkunjung ke Jawa pada tahun 1513, bukan Antonio
Pigaffeta.
Lagipula, fakta sejarah membuktikan Raden Wijaya pendiri Majapahit
pernah terdesak melawan tentara Jayakatwang, hingga mengungsi ke Madura.
Itu artinya, pendapat bahwa orang Jawa hanya memilih menang atau mati
tidaklah benar, karena Raden Wijaya ternyata memilih kalah.
Pertanyaan yang mengusik saya, Walisongo mana yang disebut telah
menciptakan istilah ngalah? Kitab apa yang menjadi rujukan mereka kok
bisa tahu bahwa kata ngalah baru ada di era Walisongo? Atau
jangan-jangan mereka hanya ikut-ikutan saja?
Sedangkan, kalau kita mau membuka kamus Jawa Kuno, kata kalah dan ngalah ada banyak kok. Misalnya, Sumpah Palapa yang diucapkan Gajah Mada dalam naskah Pararaton berbunyi : lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa.
Jadi, tidak benar kalau mereka bilang, orang Jawa hanya mengenal kosakata menang dan mati.
Atau, jangan-jangan mereka berdalih bahwa Pararaton adalah naskah baru buatan Belanda. Wah, ini lebih ngawur lagi.
Dalam bahasa Jawa Kuno, kata dasar dari kalah dan ngalah adalah alah, yang merupakan turunan dari bahasa Proto-Austronesia : *alaq
alah + awalan ka = kālah
- Jawa Kuno : kālah
- Jawa Baru menjadi : kalah
alah + awalan maN = mangalah
- Jawa Kuno : mangalah atau angalah
- Jawa Baru menjadi : hangalah atau ngalah
Contoh kalimatnya bisa dilihat pada gambar di bawah ini, lengkap dengan sumber naskahnya. Jadi bukan hanya Pararaton saja yang pernah menyebut kosakata kalah.
Rahayu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar